Senin, 31 Maret 2014

BASIS TEORI PERKEMBANGAN KURIKULUM DAN CONTOH KEGIATAN BERMAIN 1


I.       Needs Hierarcical à Abrahm Maslow (Dodge, Diana & Colker, 1999, h. 19)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum


Hirarki ini menunjukkan bahwa kebutuhan “kognitif” (keingintahuan, memahami dan mengeksplor) terdapat pada level kelima yang cukup tinggi. Sebelum anak sampai pada kebutuhan ini ada empat tahap lain yang harus dilaluinya, yaitu:
1.      Kebutuhan fisik
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar pada semua makhluk hidup. Anak yang datang ke sekolah dengan rasa lapar akan fokus pada rasa lapar itu.  Pada beberapa program PAUD disediakan sarapan, snack dan makan siang.
2.      Keamanan
Keamanan adalah kebutuhan akan rasa aman, bebas dari bahaya. Ketika anak-anak memasuki lingkungan asing Ia perlu mengetahui bahwa tempat itu aman baginya. Sebagai guru kita harus melindungi dan menjaganya selama dia berada di sekolah. Merasa aman akan memungkinkan anak untuk mengeksplor lingkungan yang kaya.
3.      Belongingness
Rasa diterima dan dicintai hadir setelah merasa aman. Kita mungkin memiliki anak di kelas yang tidak merasa yakin bahwa mereka diterima dan dicintai. Hal ini harus diusahakan agar anak dapat diterima dan disayangi orang dewasa di sekitarnya, Anak sering menunjukkan perilaku menguji apakah mereka diterima. Mereka berpura-pura melakukan sesuatu untuk menarik perhatian. 
4.      Harga diri
Harga diri muncul dari pengalaman sehari-hari yang dikonfirmasi melalui kegiatan yang dapat dilakukan anak. Ketika anak mendapat pengal;aman positif, harga diri mereka tumbuh dan mereka menganggap diri mereka sebagai seseorang yang sukses melakukan sesuatu. Jika anak-anak didominasi dengan pengalaman negatif mereka akan merasa menderita. Mungkin penting bagi orang dewasa untuk memberi (menyediakan) pengalaman positif dan berupaya membuat anak menjadi nyaman.
Maslow menyajikan hirarki kebutuhan ini untuk mengindikasi bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi terlebih dahulu pada anak-anak usia dini karena kebutuhan ini akan memengartuhi kebutuhan berikutnya.

A.    Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Early childhood (4-5 tahun)
Tujuan

·   Anak merasa aman di suatu tempat
·   Anak belajar untuk menggunakan benda dengan aman
·   Anak mampu menjaga ketertiban
·   Anak mampu mengekspresikan kegembiraannya
Materi
Bermain Pasir
Metode
Praktek langsung
Media
Bak pasir dan peralatan pendukung untuk bermain di bak pasir
Urutan Kegiatan Bermain
1.   Pendidik mengondisikan anak-anak untuk siap bermain
2.   Pendidik menjelaskan cara bermain
3.   Pendidik bersama anak menentukan aturan permainan
4.   Anak-anak diminta untuk mulai bermain di bak pasir sesuai dengan imajinasinya
5.   Pendidik mengawasi dan memberikan bantuan/penjelasan jika diperlukan




II.    Cognitive Development Theory à Piaget (Jackman, Hilda L, 2012, hh.7-9)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum
Perkembangan kognitif dideskripsikan sebagai kemahiran intelektual pada informasi, fakta atau data dan termasuk memberikan alasan, pengertian, pemecahan masalah, dan kemahiran berbahasa. Piaget mendeskripsikan bahwa setiap anak menciptakan imajinasi mentalnya sendiri terhadap dunia berdasarkan pemahamannya terhadap lingkungan. Pengalaman belajar anak terjadi melalui proses:
Asimilation à adalah sebuah proses yang terjadi ketika anak menyentuh (memegang), melihat, atau pengalaman lain dan sebaliknya. Anak menambahkan informasi tersebut dalam skemata.
Contoh:
·         Anak mendapatkan konsep tentang bola (konsepnya bulat)
·         Anak melihat bola rugby untuk pertama kali (lonjong dan tidak bulat)
·         Permainan bola kaki menggunakan konsep bola (bulat) dan anak menambahkan   konsep (lonjong) pada bola juga.

A schema (Plural, skemata) adalah cara terintegrasi pada berpikir atau membentuk pola mental.

Accomodation à terjadi ketika skema dimodifikaasi sebagai hasil dari pengalaman
Contoh:
·         Anak mempunyai konsep tentang anjing yang termasuk hewan berkaki empat
·         Anak melihat kucing untuk pertama kalinya dan mengatakan bahwa itu anjing. Ketika selanjutnya dia mengetahui bahwa kucing bukan anjing dia mendapatkan kreasi baru tentang kategori kucing
·         Dengan kematangannya, proses akomodasi membuat anak mampu menciptakan konsep super atau sebuah kategori yang luas dengan memasukan anjing dan kucing sebagai hewan.
           
Equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Adanya informasi baru disebabkan oleh proses yang berulang kembali
Tahap perkembangan kognitif menurut Jean piaget dibagi menjadi empat tahap, sebagai berikut.
1.      Tahap Sensori motor (lahir – kira-kira 2 tahun)
Pada masa ini anak tumbuh dari bayi yang membutuhkan bantuan menjadi anak yang dapat berjalan dan bicara. Bayi mulai belajar melalui penggunaan sistem sensori motornya dan gerak reflek. Hingga akhirnya perilaku reflek berubah dan menjadi mengembangkan perilaku baru. Bayi-bayi menikmati pengulangan perilaku. Sering terjadi sesuatu yang tak terduga selama pengulangan dan perilaku baru diketemukan. Mereka juga mencoba mengulang perilaku baru. Pada tahap sensori motor, bayi mengembangkan konsep permanen objek. Berdasarkan teori ini bayi mengetahui tentang objek, meliputi orang,  menghentikan kejadian yang ada saat dia berhenti melihatnya
2.      Tahap Preoperasional (sekitar 2- 7 tahun)
Piaget percaya bahwa berpikir anak-anak pada tahap ini adalah egosentris. Mereka berpikir bahwa dunia ini hanya yang berhubungan dengan mereka. Masa ini disebut dengan masa berpikir simbolik. Symbol atau mental di presentasikan dengan pola yang mengikuti anak-anak memecahkan masalah  dengan berpikir sebelum bertindak
3.      Operasional konkrit (sekitar 7 – 12 tahun)
Pada tahap ini anak mengembangkan konsep tentang angka, hubungan (relationship), dan proses yang baik untuk memikirkan masalah melalui kemampuan mental. Berpikir logical memerlukan objek atau peristiwa fisik yang nyata.
Piaget menjelaskan: manipulasi pada bahan-bahan adalah penting, dalam pesan untuk berpikir. Anak-anak pada masa ini memerlukan objek di hadapannya yang mudah dipegang atau untuk diamati secara visual.
4.      Tahap Operasional formal (12 tahun hingga dewasa)
Logika alasan individual dan memindahkan manipulasi konkrit ke berpikir abstrak. Kemampuan untuk menduga (hipotesis) dan berpikir tentang apa yang akan terjadi.

B.     Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Preschool (4-5 tahun)
Tujuan

·   Anak dapat mengenal bentuk-bentuk geometri
·   Anak mampu mengurutkan bentuk geometri seperti yang telah dicontohkan
·   Anak dapat menebak urutan bentuk selanjutnya
Materi
Bermain Pola Bentuk Geometri
Metode
Praktek langsung
Media
·   Papan flanel
·   Bentuk geometri dengan berbagai ukuran dan warna

Urutan Kegiatan Bermain
1.       Pendidik menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.       Pendidik mengondisikan anak-anak untuk siap melakukan kegiatan
3.       Pendidik dan anak-anak membuat aturan permainan
4.       Pendidik menjelaskan cara bermain
a.       Menebak nama bentuk geometri yang ditunjuk guru
b.       Menyusun bentuk geometri dengan pola a-b-a-b atau abc-abc-abc dan lain-lain
c.        Menebak urutan berikutnya misalnya: a-b-c-d-a-b-...-... dan lain-lain
d.       Urutan dapat berupa bentuk geometrinya atau warnanya.
5.       Pendidik meminta anak-anak bermain sendiri secara kelompok kecil (2-3 orang) maupun individual
6.       Pendidik memberi reward




III. Pshychosocial Theory à Erik Erikson (Jackman, Hilda L, 2012, hh4-7)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum
Erikson mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan secara kontinu melalui kehidupan individualnya. Dia mendeskripsikan 8 tahap perkembangan psikososial, yaitu:
a.       Basic trust vs mistrust (lahir-1 tahun)
Tahap perkembangan ini penting untuk bayi belajar bahwa orang-orang dapat dipercaya dan bahwa anak-anak dapat mempercayai dirinya sendiri. Cinta dan penerimaan penting bagi anak untuk belajar bahwa dunia ini tempat yang aman untuk hidup.
b.      Outonomy vs Shame (tahun kedua)
Tahap ini membantu anak mengembangkan perasaan dasar seperti kontrol diri dan kebebasan. Anak tumbuh dengan cepat. Hal ini akan terjadi secara signifikan selama anak usia toddler diberi kesempatan untuk melakukannya sendiri. Hal ini dapat terlihat ketika anak toddler makan dan memakai baju sendiri. Secara umum sikap “saya bisa melakukannya sendiri” dapat diterima dan dihargai oleh orang dewasa.
c.       Initiative vs Guilt (3-5 tahun)
Selama tahap ini, anak mulai tertarik pada eksplorasi dan memiliki kesiapan untuk belajar. Anak perlu mengekspresikan rasa ingin tahu dan kreativitasnya melalui kesempatan pada lingkungannya. Tahap perkembangan ini dapat diamati ketika anak menunjukkan kemampuan kontrol tubuh dan keterampilan motoriknya ketika mereka mengendarai sepeda roda tiga dan berlari. Inisiatif akan muncul ketika anak diberi kebebasan untuk berfantasi atau aktivitas bermain dramatik.
d.      Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Pada tahap hidup ini anak siap dengan tantangan baru dan ide-ide yang menakjubkan. Anak membutuhkan kesempatan kecakapan perkembangan phisik, intelektual dan sosial. Kecakapan terlihat oleh anak yang lebih tua pada aktivitas drama kreatif. Mereka mengimprovisasi dialog, bermain dengan adegan dan mengevaluasi hasilnya. Hal ini bersifat informal dan menunjukkan imajinasi individu dan kelompok, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kerjasama dengan orang lain.
e.       Identity vs Role Diffusion (12-18 tahun)
f.       Intimacy vs Isolation (Young Adulthood)
g.      Generative vs Stagnation (adult middle years)
h.      Ego Integrity vs Despair (olders years)


B.     Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Infant
Tujuan

·   Anak mampu mengenali Ibu dan atau keluarga terdekatnya
·   Anak memiliki kepercayaan terhadap orang-orang di sekitarnya
Materi
Bermain Ci-luk-Ba
Metode
Praktek langsung
Media
Anggota tubuh: tangan atau dapat juga menggunakan kain atau benda yang dapat menutup wajah
Urutan Kegiatan Bermain
1.   Pendidik menyiapkan posisi bayi untuk berhadapan dengan pendidik (orang dewasa)
2.   Pendidik menutup wajah dengan kedua telapak tangan dengan mengucapkan ”Ciiiii- luk....”
3.   Pendidik membuka tangan yang menutupi wajahnya dengan mengucapkan ”Ba” (sambil agak dikagetkan)
4.   Perhatikan reaksi bayi dengan mengamati mata dan ekspresi wajahnya
5.   Lakukan berulang-ulang
6.   Minta bayi melakukan hal yang sama dan pendidik berpura-pura terkejut seperti ekspresi yang ditunjukkan bayi.




IV. Sociocultural Theory -àVygotsky (Jackman, Hilda L, 2012, hh.9-10)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum
Vygotsky menyatakan tentang perkembangan belajar anak dipengaruhi oleh budayanya yang meliputi budaya di lingkungan keluarga. Fokus pada semua anak dan memasukkan ide pada budaya dan nilai-nilai pada perkembangan anak, khususnya perkembangan bahasa dan identitas diri. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa merupakan jembatan kritis antara dunia sosial budaya dan fungsi mental individu. Ia mengamati kemahiran bahasa sebagai kejadian besar yang signifikan dalam perkembangan kognitif anak. Hal itu berkembang dari bahasa ke konstruk nyata anak. Beberapa anak belajar dari budaya di sekitarnya, termasuk interaksi dengan guru, orang tua dan kontribusi pengalaman dengan sebaya yang signifikan untuk perkembangan intelektual anak.

Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD),
Vygotsky menyatakan tentang Zona Perkembangan Proksimal yang merupakan celah antara actual development dan potential development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Berdasarkan teori vygotsky ini, pertama anak mengembangkan fungsi mental rendah seperti persepsi sederhana, belajar asosiasi dan perhatian tanpa sengaja. Melalui interaksi social dengan kemampuan pengetahuan yang lebih pada orang lain seperti: keuntungan teman sebaya dan orang tua anak dapat mengembangkan fungsi mental yang lebih tinggi seperti bahasa, ketreampilan memecahkan masalah secara logis, alasan moral, dan skema memori.

Konsep Scaffolding
Scaffolding  merupakan hal yang penting karena adanya perbedaan tingkat kemampuan dengan ZPD. Scaffolding adalah pijakan yang diberikan orang dewasa (pendidik) agar anak dapat mencapai tingkat perkembangan selanjutnya. Untuk memfasilitasi scaffolding ini guru harus memahami kemampuan anak melalui observasi, setiap perkembangan belajar dan menyediakan tahapan yang dibutuhkan anak.

B.     Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Preschool (5-6 tahun)
Tujuan

·   Anak mampu mengembangkan kosa kata
·   Anak mampu membuat (menyusun) struktur kalimat sederhana
·   Anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan dengan bahasanya sendiri
Materi
Bermain ”Story telling” dengan big book
Metode
Praktek langsung
Media
Big book sesuai tema yang dibahas
Urutan Kegiatan Bermain
1.   Pendidik menyiapkan big book yang akan digunakan untuk kegiatan story telling
2.   Pendidik menyiapkan dan mengondisikan anak-anak agar siap mengikuti kegiatan (anak duduk di lantai/karpet)
3.   Posisi pendidik sejajar dengan anak-anak
4.   Pendidik menyebutkan judul big book dan meminta anak memperkirakan isi cerita sesuai gambar yang terdapat dalam sampul depan big book
5.   Pendidik membacakan big book secara utuh, diselingi penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang memerlukan penjelasan
6.   Pendidik meminta anak mengikuti membaca pada setiap halaman
7.   Pendidik meminta anak secara individual membacakan big book dengan bahasa mereka sendiri
8.   Pendidik memberikan bantuan jika anak-anak memerlukannya
9.   Pendidik memberikan penguatan dan motivasi pada setiap anak





V.    Multiple Intelligences Theory à Howard Gardner (Jackman, Hilda, 2012, hh.10-12)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum
Gardner mengidentifikasi eksplorasi lintas kultural pada cara-cara kecerdasan individu yang disebut multiple intelligences. Filosofinya juga menyatakan bahwa satu kecerdasan tidak lebih baik dari kecerdasan lainnya. Semuanya setara nilai dan jalannya. Teori Gardner juga menyarankan pentingnya guru memperlakukan individu secara berbeda dengan serius. Pemahaman tentang kecerdasan ini juga terkait dengan fokus kurikulum yang memahami kemampuan belajar anak dalam situasi baru.

Berikut ini adalah multiple intelligences menurut Gardner (1983,1993).
1.      Kecerdasan Linguistik –Verbal
Dari babbling pada bayi ke kalimat sederhana pada toddler, kemasmpuan menggunakan bahasa dan kata hingga tumbuh ke usia dini. Bagaimanapun menulis atau berbicara berkembang secara sensitive pada pesan dan irama kata-kata. Lingkungan belajar termasuk kekayaan bahasa dan bahan cetak di kelas dapat memberi kesempatan membaca, menulis,bicara dan menulis kreatif. Anak yang cerdas verbal linguistik akan menikmati kegiatan membaca, menulis, mendengarkan cerita, permainan kata, dan komunikasi yang efektif
2.      Kecerdasan Matematika-Logika
Dimulai dengan bayi menjelajah dunianya hingga berlanjut pada toddler menggambarkan karakteristik objek, kemampuan untuk mengkategori objek, menggunakan angka, pola, urutan, dan sebab akibat untuk perkembangan memecashkan masalah yang tumbuh selama early childhood. Lingkungan belajar akan menyediakan kesempatan untuk menghubungkan matematika dan sains dengan situasi kehidupan nyata dengan menyediakan kegiatan yang menggunakan matematika dan pemecahan masalah yang menyenangkan, relevan dan menantang. Anak yang memiliki kecerdasan logika matematika mampu belajar dengan pertanyaan dengan logika, membuat hubungan antara tempat dan informasi, mengeksplorasi, dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara kuat serta keterampilan menemukan alasan.    
3.   Kecerdasan Musikal dan Ritmik
Diawali dengan kesadaran prenatal terhadap bunyi dan irama, kemudian menirukan  suara dasn ketukan, lalu anak mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan  dan menyajika lagu-lagu sederhana maupun kompleks dan memahami pola ketukan, irama dan bunyi. Anak tenggelam dalam musik dan suara di dunia. Lingkungan belajar dapat menyediakan kesempatan pada nyanyian, mendengar, kegiatan gerak, kesadaran bunyi,  dan praktik serta apresiasi terhadap musik ketika mereka menegaskan kesadaran budaya melalui musik.  Anak dengan kecerdasan ini mampu berpikir dengan melodi dan irama, menikmati kegiatan mendengarkan musik, menyanyi, menari, berdendang, memainkan instrument musik, dan sensitif dengan lingkungan musik
4.   Kecerdasan Visual Spasial
Dari kemampuan bayi untuk membedakan wajah di sekitarnya menuju ke tahap pertam toddler. Fasilitasi untuk memahami dunia visual dengan kesepakatan pada pengertian selanjutnya di tahap kanak-kanak. Menciptakan imajinasi visual dengan bentuk, warna, dan pengertian baru pada pola yang terbuka. Lingkungan belajar akan berupa grafik di kelas yang memberikan keempatan proses visual yang baik melalui berpikir dan merencanakan dalam bentuk tiga dimensi. Anak-anak dengan kecerdasan visual spasial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal, sehingga cenderung imaginatif dan kreatif, suka menggambar, desain dan menciptakan sesuatu dan sering melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
5.   Kecedasan Body Kinestetik
Mulai mencari dan menggenggam objek dengan cara yang berbeda  dan koordinasi pada anak yang lebih tua, kemampuan untuk menggunakan tubuh untuk mengembangkan ekspresi dirinya yang didapat melalui otot-otot, sensai, refleks, koordinasi dan gerakan. Lingkungan belajar dapat memberio kesempatan reflek pada tantangan fisik setiap hari , tidak hanya di outdoor tapi juga pada indoor. Dikelas dapat disediakan pengelaman taktil dan penggunaan bahan manipulative pada matematika, sains dan seni bahasa. Anak-anak dengan kecerdasan gerak di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
6.   Kecerdasan Interpersonal
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Kecerdasan ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial.
7.   Kecerdasan Intrapersonal
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Beberapa di antaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialaog dengan dirinya sendiri
8.   Kecerdasan Naturalis
Anak tertarik pada melihat, mencium dan menyentuh bunga, bereaksi terhaap suara alam seperti burung atau bermain dengan keluarga tentang pentingnya alam sekitar. Anak-anak dengan kecerdasan alam yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, hal ini dapat diajarkan dan dilatih sejak usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora, benda-benda angkasa dan sebagainya.

B.     Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Toddler (3-4 tahun)
Tujuan

·   Anak mampu menyebutkan kosa kata terkait dengan jual beli (kecerdasan bahasa)
·   Anak dapat berkomunikasi dengan orang lain (interpersonal dan bahasa)
·   Anak mampu menghitung (matematika)
·   Anak mampu membedakan bentuk dan nama-nama benda (visual spasial)
·   Anak menunjukkan rasa percaya dirinya (intrapersonal)
·   Anak bida menjaga kebersihan (Naturalis)
Materi
Bermain Jual-jualan
Metode
Praktek langsung
Media
Berbagai macam sayuran dan buah-buahan
Urutan Kegiatan Bermain
1.   Pendidik menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.   Pendidik mengondisikan anak-anak untuk siap bermain
3.   Pendidik bersama anak menentukan aturan permainan
4.   Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (2-3 orang)
5.   Anak-anak diminta menirukan kegiatan jual beli sesuai dengan pengalaman dan imajinasinya masing-masing.
6.   Pendidik mengawasi dan sesekali membantu jika diperlukan.





VI. Type of Play à Sarah Smilansky (Jackman, Hilda L, 2012, h.21 dan Sujiono, Yuliani Nurani, 2009 hh 118-119)
A.    Basis Teori Pengembangan Kurikulum
Teori ini merupakan adaptasi tahap perkembangan bermain kognitif dari Piaget dan dia membagi perkembangan bermain kognitif anak atas empat kategori.
1.      Bermainan Fungsional
Ciri-cirinya adalah sederhana, menyenangkan dengan gerakan berulang-ulang menggunakan alat atau tanpa alat, oleh anak usia sampai 2 tahun. Melalui bermain fungsional atau juga disebut practice play/bermain praktek, anak-anak mulai merasa yakin dan mampu akan tubuh mereka.
2.      Bermain Membangun (konstruktif)
Bermain konstruktif merupakan bentuk permainan aktif dimana anak membangun sesuatu dengan mempergunakan bahan atau alat permainan yang ada semula bersifat reproduktif artinya anak hanya memproduksi objek yang dilihatnya sehari-hari atau mencontoh gambar atau bentuk yang diberikan.
3.      Bermain khayal (dramatic play)
Dalam bermain dramatisasi anak-anak menirukan tindakan-tindakan yang dihubungkan dengan suatu perlengkapan tertentu, belajar berperan seolah-olah mereka adalah seseorang atau sesuatu yang tidak asing lagi bagi mereka. Kegiatan bermain ini mulai muncul pada anak usia prasekolah yang disebut juga tahun emasnya bermain pura-pura pada anak ditaman kanak-kanak sering muncul di area keluarga atau rumah tangga dimana tersedia alat-alat bermain serta perlengkapan lainnya.
4.      Bermain dengan Aturan
Jenis bermain seperti ini, mengembangkan koordinasi fisik anak, menghaluskan keterampilan sosial dan berbahasa serta membangun konsep kerja sama dan kompetisi atau lomba.

B.     Contoh Program Kegiatan Bermain
Komponen
Uraian
Rentang Usia
Early childhood (4-5 tahun)
Tujuan

·   Anak mampu memahami aturan
·   Anak mampu bekerjasama dengan anak lain
·   Anak mampu menahan diri
·   Anak mampu bersikap toleransi
·   Anak mampu bergerak dengan cepat
Materi
Bermain Menjala Ikan (bermain dengan aturan)
Ajaklah anak-anak untuk membayangkan area bermain sebagai kolam ikan yang berisi ikan-ikan yang sangat lincah. Buatlah dua jala ikan, masing-masing terdiri dari tiga anak yang bergandeng tangan memanjang. Anak-anak lain menjadi ikan yang berenang lincah di dalam kolam.
·         Pada saat aba-aba dimulai, kedua jala berusaha menangkap ikan-ikan yang berenang.
·         Ikan-ikan harus menghindar dari tangkapan itu.
·         Ikan yang tertangkap akan menjadi perpanjangan jala. Jika jala sudah menjadi enam anak, maka jala harus dipecah menjadi dua buah jala.
·         Setelah permainan berjalan selama lima menit, permainan dihentikan untuk menghitung mata jala yang terbentuk.
·         Buatlah lagi dua jala baru, dan permainan dimulai lagi dari awal.
Metode
Praktek langsung
Media
Tubuh anak
Urutan Kegiatan Bermain
1.      Pendidik mengondisikan anak-anak untuk siap bermain
2.      Pendidik menjelaskan cara bermain
3.      Pendidik bersama anak menentukan aturan permainan
4.      Anak-anak diminta untuk mulai bermain
5.      Pendidik mengawasi dan memberikan bantuan/penjelasan jika diperlukan


C.    Daftar Pustaka
Catron,Carol.E dan Jan Allen. Early Childhood Curriculum: A Creative Play Model, 2nd Edition.  NewJersey:  Merill Publ., 1999
Dodge, Diane Trister dan Laura J. Colker. Creative Curriculum for Early Childhood . Washington, DC: Teaching Strategies., 2000.
Jackman, Hilda L.. Early Education Curriculum; A Child’s Connection to the World Fourth Edition , Delmar, USA, 2009
Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2009


Posting By: Sri Tatminingsih - S3 PAUD Universitas Negeri Jakarta
Tugas Individu Mata Kuliah Komparasi Kurikulum PAUD
Semester 2 (Maret 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar